Tuesday, October 25, 2011

Pengalaman Mengajar Unik Para Bule di Pedalaman

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


[imagetag]

anita.

[imagetag]

[imagetag]

Tiga orang warga Amerika Serikat (AS) menjadi relawan yang mengajarkan bahasa Inggris di beberapa sekolah di Jawa Timur. Mereka adalah para relawan yang dikirim oleh Peace Corps. Banyak cerita menarik yang dialami selama mereka mengajar.

Bagi Travis Bluemly yang biasa merasakan hidup serba ada di Amerika tentunya amat berbeda saat dirinya mengajar di Madrasah Candi Pura, Lumajang. Travis mengaku tidak mengalami pengalaman buruk selama tinggal di tempat orangtua asuhnya di Lumajang.

"Tidak ada pengalaman buruk sama sekali, saya tidak bohong. Semuanya amat mengagumkan, semua orang sangat bersahabat. Selalu bantu saya, karena mereka semua berbicara bahasa Jawa," ucap Travis kepada wartawan di Hotel Arya Duta, Senin (24/10/2011).

"Sekarang ini saya menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Tidak ada culture shock yang saya rasakan. Saya bahkan ikut puasa dan tarawih untuk menghormati mereka," jelasnya dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata.

Perasaan serupa juga dirasakan oleh Giovana Bocanegra yang mengajar di SMAN 1 Dringgu, Probolinggo. "Pengalaman saya hingga saat ini amat menakjubkan. Indonesia saat ini saya anggap sebagai negara kedua saya," ucapnya.

Giovana merasa kagum dengan motivasi anak-anak di sekolah tempat dirinya mengajar bahasa Inggris. "Saya berterima kasih dengan rekan (lokal) saya yang memberikan bantuan di ruang kelas. Dan tentunya kepada keluarga yang menerima saya," ungkap perempuan yang bisa sedikit berbahasa Indonesia itu.

Memang setiap relawan selalu ditemani oleh seorang pendamping lokal yang membantu mereka. Pendamping tersebut selalu menyertai mereka mengajar selama beberapa bulan terakhir.

Ada pengalaman unik ketika Giovana mengajak orangtuanya yang berada di Amerika untuk menginap di orangtua angkatnya selama dua pekan. Dirinya menceritakan bagaimana kedua orangtuanya dapat menerima perubahan yang terjadi.

"Orangtua saya di Probolinggo sempat mengajak menginap kedua orangtua dari Amerika. Selama menginap, Ibu saya bahkan mulai belajar memasak," jelasnya.

Di mata Giovana, masyarakat Probolinggo amatlah toleran meskipun kami memiliki budaya dan agama berbeda. Dirinya amat berterima kasih dapat diberikan bentuk kebudayaan yang berbeda dari biasanya.

Sementara bagi Angela Boey, pengalaman yang dirasakan tidaklah terlalu beda. Meski dirinya dilahirkan di Malaysia, Angela justru tidak mengerti banyak mengenal Indonesia. "Menurut saya, orang Indonesia sangat optimis, sangat penyayang. Saat saya pulang, nanti akan beri tahu pada lingkungan saya," ungkap Angela.

Ketiga relawan Peace Corps ini sadar bahwa pemberitaan terhadap Indonesia amatlah buruk khususnya tentang Islam. Tetapi bagi Angela hal ini justru membuatnya lebih tertarik untuk mempelajari budaya. Dirinya pun hendak memperkenalkan Indonesia yang sebenarnya kepada masyarakat Amerika.

Semantara, Travis dan Giovana mengatakan, akan membawa kabar yang sebenarnya mengenai Indonesia. Travis bahkan belajar mengenai kesabaran. Dirinya mengaku belajar kesabaran selama berada di Lumajang. Dia menyadari bagaimana masyarakat dengan sabar dengan dirinya dan terus membimbingnya.