Kota Purwakerta atau Praketa adalah kota yang mulai di bangun oleh pemerintah Belanda semenjak di jadikan sebagai ibukota Kabupaten Adjibaran (Ajibarang), yang sebelumnya berada di Adjibaran. Pemindahan ke kota Purwakerta dilakukan pada tahun 1836 setelah kota Adjibaran terkena angin Lisus selama 4o hari 40 malam. pada saat itu Bupati di jabat oleh Raden Tumenggung Bartadimeja bergelar R Adipati Martadireja II dan Asisten Residen Werkevisser.
Peta Purwakerta tahun 1940
Pemerintah Belanda membangun kota Purwakerta sedikit menjauh dari pusat kota Purwakerta sebelumnya, yaitu di pasar Wage. Dimana menurut Sugeng Priyono pusat kota Purwakerta dahulu berada di Pasar Wage dan Klenteng Hok Tik Bio yang sekarang dahulunya adalah pendopo kadipaten. Pembangunan pendopo kabupaten didirikan di Paguwan (Paguhan) dan rumah kantor asisten Residen (selalu berdekatan) berada di Bantarsoka.
Pendopo Kabupaten di Purwakerta
Bupati, Pegawai propinsi dan Kabupaten
Pendopo tempat tinggal Asisten Residen
Purwakerta pada rekaman visual tahun 1900-1930han, terdapat banyak sekali bangunan sangat megah dan tentunya merupakan sebagai aspek-aspek pendukung kota yang lumayan besar pada saat itu selai Soekaradja (Sokaraja). Bahkan pada awal abad 19 tersebut, dimana mengikuti kejayaan Kerajaan Belanda akan Gula dan Tembakau, kota-kota di Jawa pun mengalami kejayaan termasuk kota Purwakerta.
Di sektor transportasi juga mengalami peningkatan yang cukup drastis dimana barang-barang bisa di distribusikan lebih cepat dan lebih luas lagi. Dua buah stasiun Besar dari dua perusahaan yang berbeda pun di bangun di Purwakerta. Yaitu Stasiun Timur Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) berada di timur bendungan Kradji (Kranji) yang di bangun pada tahun 1893 dan stasiun Besar Staats Spoorwegen (SS) di barat sungai Bandjaran. Namun kedua Stasiun tersebut terhubung satu sama lain.
Suikerfabriek Purwakerta
Di sektor transportasi juga mengalami peningkatan yang cukup drastis dimana barang-barang bisa di distribusikan lebih cepat dan lebih luas lagi. Dua buah stasiun Besar dari dua perusahaan yang berbeda pun di bangun di Purwakerta. Yaitu Stasiun Timur Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) berada di timur bendungan Kradji (Kranji) yang di bangun pada tahun 1893 dan stasiun Besar Staats Spoorwegen (SS) di barat sungai Bandjaran. Namun kedua Stasiun tersebut terhubung satu sama lain.
Stasiun Timur SDS
Stasiun Timur SDS
Stasiun SS di Bantarsoka
Sekolah sekolah juga di bangun di sebelah utara kota diantaranya adalah MULO, Hollands-Javaanse school , Hollands-Chinese school, Volksbibliotheek (Perpustakaan Nasional) dan Vervolgschool voor meisjes (Sekolah lanjutan untuk perempuan)
sekolah MULO dan AMS
Sekolah Tionghoa - Belanda
Sekolah Jawa Belanda
Volksbibliotheek dan Vervolgschool
Gedung pertemuan Sociƫteit Slamat, Tram hotel, Volksbank, Kantor Kepolisian serta barak-baraknya, kantor Lands Kas (tempat bekerja Asisten Residen), Gedung Setan, Klinik Pabrik Gula, Pasar, Masjid dan lainnya.
Gedung Sociƫteit Slamat
Tram Hotel
gedung Volksbank
Barak untuk kepolisian
Gedung landskas
Asisten Residen dan pegawai di gedung Landskas
Klinik Pabrik Gula
Pasar Wage
Masjid Purwakerta
Sangat kompleks dan memadai sebagai syarat untuk sebuah kota besar, Hingga setelah Kabupaten Ajibaran di gabung dengan Kabupaten Banjoemas pada 31 Desember 1935, Ibukota Kabupaten pun di pindah dari kota Banjoemas ke Purwakerta pada tahun 1937 dengan dipindahkannya juga Pendopo Sipanji yang telah berusia 194 tahun.